3. Sumber Energi Terbarukan (BAB 2)

Sumber Energi Terbarukan di Indonesia: Potensi, Jenis, dan Tantangan

Energi terbarukan yang ada Indonesia berasal dari proses alam yang dapat diperbarui secara terus-menerus dalam waktu singkat. Jika dikelola dengan baik, energi ini tidak akan habis dan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis energi serta mengurangi dampak perubahan iklim. Oleh karena itu, jika dikelola dengan baik, energi ini tidak akan pernah habis.Oleh karena itu, energi terbarukan menjadi solusi utama untuk mengatasi krisis energi dan mengurangi dampak perubahan iklim. Selain itu, sebagian besar energi terbarukan tidak menghasilkan emisi karbon, sehingga sangat ramah lingkungan.

Sumber Energi Terbarukan yang Ada Indonesia

Beberapa jenis energi terbarukan mencakup energi matahari, angin, air, panas bumi, dan bioenergi. Masing-masing jenis memiliki kelebihan, tantangan, serta potensi besar—terutama di Indonesia yang beriklim tropis dan kaya sumber daya alam. Pemerintah terus mendorong pemanfaatan sumber energi terbarukan di Indonesia melalui berbagai kebijakan dan insentif.

Jenis Sumber Energi Terbarukan di Indonesia: Energi Matahari

Energi matahari berasal dari sinar dan panas matahari. Masyarakat telah memanfaatkannya menjadi listrik melalui panel surya (fotovoltaik) atau sebagai sumber panas dengan menggunakan kolektor surya. Energi ini sangat bersih karena tidak menimbulkan polusi, dan tersedia melimpah di seluruh wilayah Indonesia.

Indonesia menerima intensitas cahaya matahari rata-rata sekitar 4,8 kWh/m² per hari. Oleh sebab itu, kondisi ini sangat ideal untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Sejauh ini, beberapa pemanfaatan energi matahari antara lain:

  • Rumah tangga, sekolah, dan perkantoran memasang PLTS atap untuk menghemat listrik.

  • Pemerintah membangun PLTS skala besar seperti di Kupang dan Cirata.

  • Daerah terpencil mulai menggunakan penerangan jalan tenaga surya (PJUTS).

  • Para petani memanfaatkan sinar matahari untuk mengeringkan hasil panen secara efisien dan ramah lingkungan.

Meskipun potensi energi matahari sangat besar, tantangan seperti biaya instalasi awal yang tinggi, kebutuhan lahan luas, dan ketergantungan pada cuaca masih menjadi hambatan. Namun demikian, perkembangan teknologi terus menurunkan biaya serta meningkatkan efisiensi panel surya.

lihat juga: Energi dalam Kehidupan 

Potensi Energi Angin sebagai Sumber Energi Terbarukan di Indonesia

Perbedaan tekanan dan suhu di atmosfer menciptakan gerakan udara yang kita kenal sebagai angin. Turbin angin dengan baling-baling besar menangkap gerakan ini dan mengubahnya menjadi energi listrik melalui generator. Karena tidak menghasilkan emisi, energi angin termasuk sumber energi bersih.

Beberapa wilayah Indonesia, seperti Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki potensi angin yang cukup tinggi. Oleh karena itu, berbagai pemanfaatan energi angin telah dilakukan, antara lain:

  • PLTB Sidrap dan Jeneponto menyuplai listrik bersih ke jaringan nasional.

  • Kincir angin kecil digunakan di wilayah terpencil untuk penerangan dan pompa air.

  • Sistem hybrid yang menggabungkan tenaga angin dan surya menyediakan pasokan listrik yang lebih stabil.

Kendati demikian, pengembangan energi angin masih menghadapi beberapa kendala. Tantangan utamanya mencakup keterbatasan lahan, fluktuasi kecepatan angin, dan kebutuhan teknologi yang sesuai dengan iklim tropis. Meski begitu, teknologi yang terus berkembang membuka peluang besar di masa depan.

Energi Air (Hidro): Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan di Indonesia yang Stabil dan Ramah Lingkungan

Aliran sungai atau jatuhan air dari ketinggian menghasilkan energi yang bisa digunakan untuk menggerakkan turbin. Turbin tersebut kemudian memutar generator dan menghasilkan listrik. Sistem ini dikenal dengan nama Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Indonesia memiliki potensi energi air lebih dari 75.000 MW. Beberapa bentuk pemanfaatan energi air meliputi:

  • PLTA skala besar seperti Cirata, Saguling, dan Jatiluhur menghasilkan daya besar dan stabil.

  • PLTM dan PLTMH mendukung pasokan listrik di daerah pegunungan.

  • Sistem irigasi digunakan untuk pembangkit mikrohidro.

  • Program listrik desa memanfaatkan sungai sebagai sumber listrik lokal.

Sistem ini tidak hanya mampu menghasilkan energi secara konsisten, tetapi juga sangat cocok untuk wilayah yang memiliki curah hujan tinggi. Meskipun begitu, pembangunan bendungan berisiko menimbulkan dampak ekologis dan membutuhkan investasi awal yang besar. Di samping itu, produksi energi air sangat bergantung pada musim.

Energi Panas Bumi (Geothermal) sebagai Sumber Energi Terbarukan di Indonesia

Energi panas bumi berasal dari panas yang tersimpan di dalam bumi. Melalui proses pengeboran, manusia dapat mengakses panas tersebut dan menggunakannya untuk memutar turbin serta menghasilkan listrik. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) menggunakan uap atau air panas dari perut bumi sebagai sumber energi.

Karena Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik, negara ini memiliki potensi panas bumi yang sangat besar—lebih dari 29.000 MW. Berbagai daerah mulai mengembangkan sumber energi terbarukan di Indonesia untuk meningkatkan ketahanan energi lokal. Sejumlah wilayah telah memanfaatkannya, seperti:

  • PLTP Kamojang dan Wayang Windu di Jawa Barat.

  • PLTP Sarulla di Sumatera Utara.

  • PLTP Lahendong di Sulawesi Utara.

 Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan energi panas bumi untuk memanaskan air, mengeringkan hasil pertanian, dan menghangatkan rumah kaca. Namun demikian, eksplorasi panas bumi memerlukan biaya tinggi dan memiliki risiko kegagalan pengeboran.

baca juga: Sumber Energi Tidak Terbarukan

Bioenergi sebagai Sumber Energi Terbarukan di Indonesia

Bioenergi berasal dari bahan organik seperti tumbuhan, limbah pertanian, dan kotoran hewan. Sebagai langkah awal, masyarakat dapat menggunakannya langsung dalam bentuk biomassa padat, atau sebagai alternatif, mengolahnya menjadi biofuel, biogas, dan pelet biomassa.

Selanjutnya, berbagai proses pengolahan bioenergi antara lain:

  • Pertama, transesterifikasi menghasilkan biodiesel dari minyak nabati.

  • Kedua, fermentasi bahan berpati seperti tebu dan singkong menghasilkan bioetanol.

  • Ketiga, fermentasi anaerob limbah organik menghasilkan biogas.

  • Terakhir, para pelaku industri mengolah serbuk gergaji dan sekam padi menjadi pelet biomassa.

Di sisi lain, Indonesia memiliki banyak bahan baku bioenergi, seperti:

  • Misalnya, jerami, sekam, tongkol jagung, dan limbah kelapa sawit.

  • Selain itu, kotoran sapi dan ayam dari peternakan.

  • Tak hanya itu, tanaman energi seperti singkong dan nyamplung juga berpotensi besar.

Pemanfaatan bioenergi pun telah meluas dalam berbagai bentuk, termasuk:

Sebagai contoh, pemerintah dan industri energi menggunakan biodiesel (B35) sebagai campuran dalam bahan bakar solar untuk mengurangi emisi karbon.

Kemudian, produsen bioenergi memanfaatkan bioetanol sebagai bahan campuran dalam bensin yang lebih ramah lingkungan.

Selanjutnya, masyarakat di pedesaan menggunakan biogas untuk keperluan memasak sehari-hari dan penerangan rumah tangga secara hemat energi.

Terakhir, berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan swasta, membangun pembangkit biomassa di daerah terpencil untuk menyediakan listrik secara mandiri.

Namun demikian, pengembangan bioenergi masih menghadapi tantangan, seperti pasokan bahan baku yang tidak selalu stabil, persaingan dengan sektor pangan, dan kurangnya infrastruktur pengolahan yang memadai.

Scroll to Top