Quiz Summary
0 of 30 Questions completed
Questions:
Information
You have already completed the quiz before. Hence you can not start it again.
Quiz is loading…
You must sign in or sign up to start the quiz.
You must first complete the following:
Results
Results
0 of 30 Questions answered correctly
Your time:
Time has elapsed
You have reached 0 of 0 point(s), (0)
Earned Point(s): 0 of 0, (0)
0 Essay(s) Pending (Possible Point(s): 0)
Categories
- Not categorized 0%
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- Current
- Review
- Answered
- Correct
- Incorrect
-
Question 1 of 30
1. Question
Cahaya di Ujung Lorong
Dika melangkah gontai di trotoar sempit. Hujan gerimis membasahi jaket lusuh yang ia kenakan. Sudah tiga hari ia tidak mendapatkan pekerjaan di pasar, dan perutnya mulai berbunyi kelaparan. Di sepanjang jalan, ia melihat orang-orang berlalu-lalang, sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tidak ada yang peduli padanya.
Saat hendak beristirahat di depan sebuah toko yang sudah tutup, seorang wanita muda tiba-tiba menghampirinya. “Kakak, kenapa duduk di sini sendirian?” tanya gadis kecil itu dengan polos. Dika menatap gadis itu dan tersenyum tipis. “Kakak hanya sedang beristirahat,” jawabnya.
Tak lama kemudian, ibu dari gadis kecil itu datang. “Maaf ya, Mas, anak saya memang suka bertanya,” katanya sambil tersenyum ramah. Dika menggeleng, “Tidak apa-apa, Bu. Saya hanya mencari tempat berteduh sebentar.” Sang ibu mengamati Dika sebentar, lalu membuka tasnya dan mengeluarkan roti. “Kalau boleh, ini untuk Mas,” katanya.
Dika terkejut, tidak menyangka ada orang yang begitu baik. “Tapi, Bu, saya…” ucapnya ragu. Wanita itu tersenyum. “Tidak apa-apa, semua orang berhak untuk makan. Kalau Mas butuh pekerjaan, suami saya punya warung di seberang jalan. Mungkin Mas bisa membantu di sana,” ujarnya.
Mata Dika berkaca-kaca. “Terima kasih banyak, Bu,” katanya dengan suara serak. Ia menerima roti itu dengan tangan gemetar, merasakan sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan: harapan. Ia sadar, dunia mungkin tidak selalu baik, tetapi masih ada orang-orang yang peduli.
Hari itu menjadi titik balik bagi Dika. Ia menerima tawaran pekerjaan di warung kecil milik keluarga itu. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa bahwa hidupnya memiliki arah. Dalam kepedulian sederhana yang ia terima, ia menemukan cahaya di ujung lorong kehidupannya.
Apa yang menjadi permasalahan utama dalam kehidupan Dika di awal cerita?
CorrectIncorrect -
Question 2 of 30
2. Question
Cahaya di Ujung Lorong
Dika melangkah gontai di trotoar sempit. Hujan gerimis membasahi jaket lusuh yang ia kenakan. Sudah tiga hari ia tidak mendapatkan pekerjaan di pasar, dan perutnya mulai berbunyi kelaparan. Di sepanjang jalan, ia melihat orang-orang berlalu-lalang, sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tidak ada yang peduli padanya.
Saat hendak beristirahat di depan sebuah toko yang sudah tutup, seorang wanita muda tiba-tiba menghampirinya. “Kakak, kenapa duduk di sini sendirian?” tanya gadis kecil itu dengan polos. Dika menatap gadis itu dan tersenyum tipis. “Kakak hanya sedang beristirahat,” jawabnya.
Tak lama kemudian, ibu dari gadis kecil itu datang. “Maaf ya, Mas, anak saya memang suka bertanya,” katanya sambil tersenyum ramah. Dika menggeleng, “Tidak apa-apa, Bu. Saya hanya mencari tempat berteduh sebentar.” Sang ibu mengamati Dika sebentar, lalu membuka tasnya dan mengeluarkan roti. “Kalau boleh, ini untuk Mas,” katanya.
Dika terkejut, tidak menyangka ada orang yang begitu baik. “Tapi, Bu, saya…” ucapnya ragu. Wanita itu tersenyum. “Tidak apa-apa, semua orang berhak untuk makan. Kalau Mas butuh pekerjaan, suami saya punya warung di seberang jalan. Mungkin Mas bisa membantu di sana,” ujarnya.
Mata Dika berkaca-kaca. “Terima kasih banyak, Bu,” katanya dengan suara serak. Ia menerima roti itu dengan tangan gemetar, merasakan sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan: harapan. Ia sadar, dunia mungkin tidak selalu baik, tetapi masih ada orang-orang yang peduli.
Hari itu menjadi titik balik bagi Dika. Ia menerima tawaran pekerjaan di warung kecil milik keluarga itu. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa bahwa hidupnya memiliki arah. Dalam kepedulian sederhana yang ia terima, ia menemukan cahaya di ujung lorong kehidupannya.
Bagaimana respons Dika saat ditawari roti oleh ibu dari gadis kecil?
CorrectIncorrect -
Question 3 of 30
3. Question
Cahaya di Ujung Lorong
Dika melangkah gontai di trotoar sempit. Hujan gerimis membasahi jaket lusuh yang ia kenakan. Sudah tiga hari ia tidak mendapatkan pekerjaan di pasar, dan perutnya mulai berbunyi kelaparan. Di sepanjang jalan, ia melihat orang-orang berlalu-lalang, sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tidak ada yang peduli padanya.
Saat hendak beristirahat di depan sebuah toko yang sudah tutup, seorang wanita muda tiba-tiba menghampirinya. “Kakak, kenapa duduk di sini sendirian?” tanya gadis kecil itu dengan polos. Dika menatap gadis itu dan tersenyum tipis. “Kakak hanya sedang beristirahat,” jawabnya.
Tak lama kemudian, ibu dari gadis kecil itu datang. “Maaf ya, Mas, anak saya memang suka bertanya,” katanya sambil tersenyum ramah. Dika menggeleng, “Tidak apa-apa, Bu. Saya hanya mencari tempat berteduh sebentar.” Sang ibu mengamati Dika sebentar, lalu membuka tasnya dan mengeluarkan roti. “Kalau boleh, ini untuk Mas,” katanya.
Dika terkejut, tidak menyangka ada orang yang begitu baik. “Tapi, Bu, saya…” ucapnya ragu. Wanita itu tersenyum. “Tidak apa-apa, semua orang berhak untuk makan. Kalau Mas butuh pekerjaan, suami saya punya warung di seberang jalan. Mungkin Mas bisa membantu di sana,” ujarnya.
Mata Dika berkaca-kaca. “Terima kasih banyak, Bu,” katanya dengan suara serak. Ia menerima roti itu dengan tangan gemetar, merasakan sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan: harapan. Ia sadar, dunia mungkin tidak selalu baik, tetapi masih ada orang-orang yang peduli.
Hari itu menjadi titik balik bagi Dika. Ia menerima tawaran pekerjaan di warung kecil milik keluarga itu. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa bahwa hidupnya memiliki arah. Dalam kepedulian sederhana yang ia terima, ia menemukan cahaya di ujung lorong kehidupannya.
Bagaimana karakter ibu dari gadis kecil dalam cerita ini?
CorrectIncorrect -
Question 4 of 30
4. Question
Cahaya di Ujung Lorong
Dika melangkah gontai di trotoar sempit. Hujan gerimis membasahi jaket lusuh yang ia kenakan. Sudah tiga hari ia tidak mendapatkan pekerjaan di pasar, dan perutnya mulai berbunyi kelaparan. Di sepanjang jalan, ia melihat orang-orang berlalu-lalang, sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tidak ada yang peduli padanya.
Saat hendak beristirahat di depan sebuah toko yang sudah tutup, seorang wanita muda tiba-tiba menghampirinya. “Kakak, kenapa duduk di sini sendirian?” tanya gadis kecil itu dengan polos. Dika menatap gadis itu dan tersenyum tipis. “Kakak hanya sedang beristirahat,” jawabnya.
Tak lama kemudian, ibu dari gadis kecil itu datang. “Maaf ya, Mas, anak saya memang suka bertanya,” katanya sambil tersenyum ramah. Dika menggeleng, “Tidak apa-apa, Bu. Saya hanya mencari tempat berteduh sebentar.” Sang ibu mengamati Dika sebentar, lalu membuka tasnya dan mengeluarkan roti. “Kalau boleh, ini untuk Mas,” katanya.
Dika terkejut, tidak menyangka ada orang yang begitu baik. “Tapi, Bu, saya…” ucapnya ragu. Wanita itu tersenyum. “Tidak apa-apa, semua orang berhak untuk makan. Kalau Mas butuh pekerjaan, suami saya punya warung di seberang jalan. Mungkin Mas bisa membantu di sana,” ujarnya.
Mata Dika berkaca-kaca. “Terima kasih banyak, Bu,” katanya dengan suara serak. Ia menerima roti itu dengan tangan gemetar, merasakan sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan: harapan. Ia sadar, dunia mungkin tidak selalu baik, tetapi masih ada orang-orang yang peduli.
Hari itu menjadi titik balik bagi Dika. Ia menerima tawaran pekerjaan di warung kecil milik keluarga itu. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa bahwa hidupnya memiliki arah. Dalam kepedulian sederhana yang ia terima, ia menemukan cahaya di ujung lorong kehidupannya.
Pada kutipan manakah pesan moral utama dalam cerita ini tersampaikan dengan jelas?
CorrectIncorrect -
Question 5 of 30
5. Question
Cahaya di Ujung Lorong
Dika melangkah gontai di trotoar sempit. Hujan gerimis membasahi jaket lusuh yang ia kenakan. Sudah tiga hari ia tidak mendapatkan pekerjaan di pasar, dan perutnya mulai berbunyi kelaparan. Di sepanjang jalan, ia melihat orang-orang berlalu-lalang, sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tidak ada yang peduli padanya.
Saat hendak beristirahat di depan sebuah toko yang sudah tutup, seorang wanita muda tiba-tiba menghampirinya. “Kakak, kenapa duduk di sini sendirian?” tanya gadis kecil itu dengan polos. Dika menatap gadis itu dan tersenyum tipis. “Kakak hanya sedang beristirahat,” jawabnya.
Tak lama kemudian, ibu dari gadis kecil itu datang. “Maaf ya, Mas, anak saya memang suka bertanya,” katanya sambil tersenyum ramah. Dika menggeleng, “Tidak apa-apa, Bu. Saya hanya mencari tempat berteduh sebentar.” Sang ibu mengamati Dika sebentar, lalu membuka tasnya dan mengeluarkan roti. “Kalau boleh, ini untuk Mas,” katanya.
Dika terkejut, tidak menyangka ada orang yang begitu baik. “Tapi, Bu, saya…” ucapnya ragu. Wanita itu tersenyum. “Tidak apa-apa, semua orang berhak untuk makan. Kalau Mas butuh pekerjaan, suami saya punya warung di seberang jalan. Mungkin Mas bisa membantu di sana,” ujarnya.
Mata Dika berkaca-kaca. “Terima kasih banyak, Bu,” katanya dengan suara serak. Ia menerima roti itu dengan tangan gemetar, merasakan sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan: harapan. Ia sadar, dunia mungkin tidak selalu baik, tetapi masih ada orang-orang yang peduli.
Hari itu menjadi titik balik bagi Dika. Ia menerima tawaran pekerjaan di warung kecil milik keluarga itu. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa bahwa hidupnya memiliki arah. Dalam kepedulian sederhana yang ia terima, ia menemukan cahaya di ujung lorong kehidupannya.
Apa amanat yang dapat diambil dari cerita “Cahaya di Ujung Lorong”?
CorrectIncorrect -
Question 6 of 30
6. Question
Langkah Kecil, Arti Besar
Alya melangkah cepat menuju pasar kecil di ujung desa. Tangannya menggenggam erat kantong plastik berisi makanan yang baru saja ia beli dari hasil tabungannya sendiri. Di sepanjang jalan, pikirannya dipenuhi oleh bayangan tentang Pak Rudi, seorang tukang sapu yang sudah tua dan sering terlihat duduk sendirian di sudut jalan setelah bekerja.
Sejak kecil, Alya sering melihat Pak Rudi bekerja tanpa mengeluh. Namun, beberapa bulan terakhir, ia mulai terlihat lebih lelah dan kurus. Alya mendengar dari ibunya bahwa Pak Rudi tinggal sendirian di rumah kecilnya setelah keluarganya pergi merantau. Tidak ada yang merawatnya, dan ia harus tetap bekerja meskipun tubuhnya semakin lemah.
Saat tiba di tempat Pak Rudi biasa beristirahat, Alya melihat pria tua itu duduk dengan mata terpejam, mungkin karena lelah. Dengan hati-hati, ia meletakkan kantong plastik berisi makanan di sampingnya. “Pak, ini ada makanan untuk Bapak. Saya beli tadi di pasar,” kata Alya dengan suara pelan.
Pak Rudi membuka matanya dan tersenyum tipis. “Alya, kamu selalu baik hati. Tapi kamu tidak perlu repot-repot, Nak,” katanya dengan nada lirih. Alya menggeleng. “Pak, semua orang perlu makan. Saya hanya ingin Bapak tetap sehat,” ujarnya penuh ketulusan.
Pak Rudi terdiam sejenak, lalu menepuk bahu Alya dengan lembut. “Terima kasih, Nak. Dunia ini akan menjadi tempat yang lebih baik jika lebih banyak anak muda sepertimu,” katanya dengan suara sedikit bergetar. Alya tersenyum. Ia tahu bahwa yang ia lakukan tidak besar, tapi ia percaya bahwa sekecil apa pun kebaikan tetap memiliki arti.
Hari itu, Alya belajar sesuatu yang berharga. Tidak perlu menjadi kaya untuk bisa berbagi, karena kepedulian sejati tidak diukur dari besar atau kecilnya bantuan, tetapi dari ketulusan hati yang menyertainya.
Pada kutipan manakah makna tersurat tentang kepedulian sosial disampaikan dengan jelas?
CorrectIncorrect -
Question 7 of 30
7. Question
Langkah Kecil, Arti Besar
Alya melangkah cepat menuju pasar kecil di ujung desa. Tangannya menggenggam erat kantong plastik berisi makanan yang baru saja ia beli dari hasil tabungannya sendiri. Di sepanjang jalan, pikirannya dipenuhi oleh bayangan tentang Pak Rudi, seorang tukang sapu yang sudah tua dan sering terlihat duduk sendirian di sudut jalan setelah bekerja.
Sejak kecil, Alya sering melihat Pak Rudi bekerja tanpa mengeluh. Namun, beberapa bulan terakhir, ia mulai terlihat lebih lelah dan kurus. Alya mendengar dari ibunya bahwa Pak Rudi tinggal sendirian di rumah kecilnya setelah keluarganya pergi merantau. Tidak ada yang merawatnya, dan ia harus tetap bekerja meskipun tubuhnya semakin lemah.
Saat tiba di tempat Pak Rudi biasa beristirahat, Alya melihat pria tua itu duduk dengan mata terpejam, mungkin karena lelah. Dengan hati-hati, ia meletakkan kantong plastik berisi makanan di sampingnya. “Pak, ini ada makanan untuk Bapak. Saya beli tadi di pasar,” kata Alya dengan suara pelan.
Pak Rudi membuka matanya dan tersenyum tipis. “Alya, kamu selalu baik hati. Tapi kamu tidak perlu repot-repot, Nak,” katanya dengan nada lirih. Alya menggeleng. “Pak, semua orang perlu makan. Saya hanya ingin Bapak tetap sehat,” ujarnya penuh ketulusan.
Pak Rudi terdiam sejenak, lalu menepuk bahu Alya dengan lembut. “Terima kasih, Nak. Dunia ini akan menjadi tempat yang lebih baik jika lebih banyak anak muda sepertimu,” katanya dengan suara sedikit bergetar. Alya tersenyum. Ia tahu bahwa yang ia lakukan tidak besar, tapi ia percaya bahwa sekecil apa pun kebaikan tetap memiliki arti.
Hari itu, Alya belajar sesuatu yang berharga. Tidak perlu menjadi kaya untuk bisa berbagi, karena kepedulian sejati tidak diukur dari besar atau kecilnya bantuan, tetapi dari ketulusan hati yang menyertainya.
Nilai moral tentang kepedulian terhadap orang tua tersirat dalam kutipan yang mana?
CorrectIncorrect -
Question 8 of 30
8. Question
Langkah Kecil, Arti Besar
Alya melangkah cepat menuju pasar kecil di ujung desa. Tangannya menggenggam erat kantong plastik berisi makanan yang baru saja ia beli dari hasil tabungannya sendiri. Di sepanjang jalan, pikirannya dipenuhi oleh bayangan tentang Pak Rudi, seorang tukang sapu yang sudah tua dan sering terlihat duduk sendirian di sudut jalan setelah bekerja.
Sejak kecil, Alya sering melihat Pak Rudi bekerja tanpa mengeluh. Namun, beberapa bulan terakhir, ia mulai terlihat lebih lelah dan kurus. Alya mendengar dari ibunya bahwa Pak Rudi tinggal sendirian di rumah kecilnya setelah keluarganya pergi merantau. Tidak ada yang merawatnya, dan ia harus tetap bekerja meskipun tubuhnya semakin lemah.
Saat tiba di tempat Pak Rudi biasa beristirahat, Alya melihat pria tua itu duduk dengan mata terpejam, mungkin karena lelah. Dengan hati-hati, ia meletakkan kantong plastik berisi makanan di sampingnya. “Pak, ini ada makanan untuk Bapak. Saya beli tadi di pasar,” kata Alya dengan suara pelan.
Pak Rudi membuka matanya dan tersenyum tipis. “Alya, kamu selalu baik hati. Tapi kamu tidak perlu repot-repot, Nak,” katanya dengan nada lirih. Alya menggeleng. “Pak, semua orang perlu makan. Saya hanya ingin Bapak tetap sehat,” ujarnya penuh ketulusan.
Pak Rudi terdiam sejenak, lalu menepuk bahu Alya dengan lembut. “Terima kasih, Nak. Dunia ini akan menjadi tempat yang lebih baik jika lebih banyak anak muda sepertimu,” katanya dengan suara sedikit bergetar. Alya tersenyum. Ia tahu bahwa yang ia lakukan tidak besar, tapi ia percaya bahwa sekecil apa pun kebaikan tetap memiliki arti.
Hari itu, Alya belajar sesuatu yang berharga. Tidak perlu menjadi kaya untuk bisa berbagi, karena kepedulian sejati tidak diukur dari besar atau kecilnya bantuan, tetapi dari ketulusan hati yang menyertainya.
Bagaimana karakter Alya dalam cerita ini?
CorrectIncorrect -
Question 9 of 30
9. Question
Langkah Kecil, Arti Besar
Alya melangkah cepat menuju pasar kecil di ujung desa. Tangannya menggenggam erat kantong plastik berisi makanan yang baru saja ia beli dari hasil tabungannya sendiri. Di sepanjang jalan, pikirannya dipenuhi oleh bayangan tentang Pak Rudi, seorang tukang sapu yang sudah tua dan sering terlihat duduk sendirian di sudut jalan setelah bekerja.
Sejak kecil, Alya sering melihat Pak Rudi bekerja tanpa mengeluh. Namun, beberapa bulan terakhir, ia mulai terlihat lebih lelah dan kurus. Alya mendengar dari ibunya bahwa Pak Rudi tinggal sendirian di rumah kecilnya setelah keluarganya pergi merantau. Tidak ada yang merawatnya, dan ia harus tetap bekerja meskipun tubuhnya semakin lemah.
Saat tiba di tempat Pak Rudi biasa beristirahat, Alya melihat pria tua itu duduk dengan mata terpejam, mungkin karena lelah. Dengan hati-hati, ia meletakkan kantong plastik berisi makanan di sampingnya. “Pak, ini ada makanan untuk Bapak. Saya beli tadi di pasar,” kata Alya dengan suara pelan.
Pak Rudi membuka matanya dan tersenyum tipis. “Alya, kamu selalu baik hati. Tapi kamu tidak perlu repot-repot, Nak,” katanya dengan nada lirih. Alya menggeleng. “Pak, semua orang perlu makan. Saya hanya ingin Bapak tetap sehat,” ujarnya penuh ketulusan.
Pak Rudi terdiam sejenak, lalu menepuk bahu Alya dengan lembut. “Terima kasih, Nak. Dunia ini akan menjadi tempat yang lebih baik jika lebih banyak anak muda sepertimu,” katanya dengan suara sedikit bergetar. Alya tersenyum. Ia tahu bahwa yang ia lakukan tidak besar, tapi ia percaya bahwa sekecil apa pun kebaikan tetap memiliki arti.
Hari itu, Alya belajar sesuatu yang berharga. Tidak perlu menjadi kaya untuk bisa berbagi, karena kepedulian sejati tidak diukur dari besar atau kecilnya bantuan, tetapi dari ketulusan hati yang menyertainya.
Kutipan manakah yang paling mencerminkan pesan moral dalam cerita ini?
CorrectIncorrect -
Question 10 of 30
10. Question
Langkah Kecil, Arti Besar
Alya melangkah cepat menuju pasar kecil di ujung desa. Tangannya menggenggam erat kantong plastik berisi makanan yang baru saja ia beli dari hasil tabungannya sendiri. Di sepanjang jalan, pikirannya dipenuhi oleh bayangan tentang Pak Rudi, seorang tukang sapu yang sudah tua dan sering terlihat duduk sendirian di sudut jalan setelah bekerja.
Sejak kecil, Alya sering melihat Pak Rudi bekerja tanpa mengeluh. Namun, beberapa bulan terakhir, ia mulai terlihat lebih lelah dan kurus. Alya mendengar dari ibunya bahwa Pak Rudi tinggal sendirian di rumah kecilnya setelah keluarganya pergi merantau. Tidak ada yang merawatnya, dan ia harus tetap bekerja meskipun tubuhnya semakin lemah.
Saat tiba di tempat Pak Rudi biasa beristirahat, Alya melihat pria tua itu duduk dengan mata terpejam, mungkin karena lelah. Dengan hati-hati, ia meletakkan kantong plastik berisi makanan di sampingnya. “Pak, ini ada makanan untuk Bapak. Saya beli tadi di pasar,” kata Alya dengan suara pelan.
Pak Rudi membuka matanya dan tersenyum tipis. “Alya, kamu selalu baik hati. Tapi kamu tidak perlu repot-repot, Nak,” katanya dengan nada lirih. Alya menggeleng. “Pak, semua orang perlu makan. Saya hanya ingin Bapak tetap sehat,” ujarnya penuh ketulusan.
Pak Rudi terdiam sejenak, lalu menepuk bahu Alya dengan lembut. “Terima kasih, Nak. Dunia ini akan menjadi tempat yang lebih baik jika lebih banyak anak muda sepertimu,” katanya dengan suara sedikit bergetar. Alya tersenyum. Ia tahu bahwa yang ia lakukan tidak besar, tapi ia percaya bahwa sekecil apa pun kebaikan tetap memiliki arti.
Hari itu, Alya belajar sesuatu yang berharga. Tidak perlu menjadi kaya untuk bisa berbagi, karena kepedulian sejati tidak diukur dari besar atau kecilnya bantuan, tetapi dari ketulusan hati yang menyertainya.
Apa amanat yang dapat diambil dari cerita “Langkah Kecil, Arti Besar”?
CorrectIncorrect -
Question 11 of 30
11. Question
Setetes Cahaya di Malam Hari
Di sebuah desa kecil yang terletak jauh dari kota, tinggal seorang pemuda bernama Rizal. Ia adalah seorang pekerja di bengkel motor milik pamannya. Setiap hari, ia bekerja keras untuk menabung agar bisa melanjutkan pendidikannya yang sempat tertunda. Meskipun hidupnya tidak mudah, Rizal selalu berusaha membantu orang lain dengan cara apa pun yang ia bisa.
Suatu malam, saat dalam perjalanan pulang dari bengkel, Rizal melihat seorang ibu tua yang sedang berjalan tertatih-tatih sambil membawa kantong belanjaan. Hujan turun dengan deras, dan ibu itu tampak kesulitan menyeberang jalan yang gelap. Tanpa berpikir panjang, Rizal segera berlari menghampirinya.
“Ibu, boleh saya bantu?” tanyanya dengan sopan. Ibu itu menoleh dengan mata penuh kelelahan, lalu mengangguk pelan. Rizal mengambil kantong belanjaan yang berat dari tangan sang ibu dan menggandengnya menyeberangi jalan dengan hati-hati.
Setelah sampai di seberang jalan, ibu itu tersenyum penuh rasa syukur. “Terima kasih, Nak. Saya tidak tahu bagaimana saya bisa sampai ke rumah kalau tidak ada kamu,” katanya dengan suara bergetar. Rizal hanya tersenyum dan berkata, “Ibu tidak perlu berterima kasih. Saya hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan.”
Ibu itu lalu membuka dompetnya, berniat memberikan uang kepada Rizal sebagai tanda terima kasih. Namun, Rizal menggeleng tegas. “Saya membantu bukan untuk mendapatkan imbalan, Bu. Saya hanya ingin memastikan Ibu sampai dengan selamat,” ujarnya tulus.
Malam itu, Rizal pulang dengan hati yang hangat. Ia sadar bahwa sekecil apa pun bantuan yang ia berikan, hal itu bisa menjadi “setetes cahaya” di malam yang gelap bagi seseorang.
Unsur cerpen manakah yang paling menonjol untuk dipresentasikan sebagai pembelajaran moral dari cerita ini?
CorrectIncorrect -
Question 12 of 30
12. Question
Setetes Cahaya di Malam Hari
Di sebuah desa kecil yang terletak jauh dari kota, tinggal seorang pemuda bernama Rizal. Ia adalah seorang pekerja di bengkel motor milik pamannya. Setiap hari, ia bekerja keras untuk menabung agar bisa melanjutkan pendidikannya yang sempat tertunda. Meskipun hidupnya tidak mudah, Rizal selalu berusaha membantu orang lain dengan cara apa pun yang ia bisa.
Suatu malam, saat dalam perjalanan pulang dari bengkel, Rizal melihat seorang ibu tua yang sedang berjalan tertatih-tatih sambil membawa kantong belanjaan. Hujan turun dengan deras, dan ibu itu tampak kesulitan menyeberang jalan yang gelap. Tanpa berpikir panjang, Rizal segera berlari menghampirinya.
“Ibu, boleh saya bantu?” tanyanya dengan sopan. Ibu itu menoleh dengan mata penuh kelelahan, lalu mengangguk pelan. Rizal mengambil kantong belanjaan yang berat dari tangan sang ibu dan menggandengnya menyeberangi jalan dengan hati-hati.
Setelah sampai di seberang jalan, ibu itu tersenyum penuh rasa syukur. “Terima kasih, Nak. Saya tidak tahu bagaimana saya bisa sampai ke rumah kalau tidak ada kamu,” katanya dengan suara bergetar. Rizal hanya tersenyum dan berkata, “Ibu tidak perlu berterima kasih. Saya hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan.”
Ibu itu lalu membuka dompetnya, berniat memberikan uang kepada Rizal sebagai tanda terima kasih. Namun, Rizal menggeleng tegas. “Saya membantu bukan untuk mendapatkan imbalan, Bu. Saya hanya ingin memastikan Ibu sampai dengan selamat,” ujarnya tulus.
Malam itu, Rizal pulang dengan hati yang hangat. Ia sadar bahwa sekecil apa pun bantuan yang ia berikan, hal itu bisa menjadi “setetes cahaya” di malam yang gelap bagi seseorang.
Kalimat argumentasi seperti apa yang dapat disampaikan oleh seorang presentator untuk menunjukkan nilai moral pada teks cerpen ini?
CorrectIncorrect -
Question 13 of 30
13. Question
Setetes Cahaya di Malam Hari
Di sebuah desa kecil yang terletak jauh dari kota, tinggal seorang pemuda bernama Rizal. Ia adalah seorang pekerja di bengkel motor milik pamannya. Setiap hari, ia bekerja keras untuk menabung agar bisa melanjutkan pendidikannya yang sempat tertunda. Meskipun hidupnya tidak mudah, Rizal selalu berusaha membantu orang lain dengan cara apa pun yang ia bisa.
Suatu malam, saat dalam perjalanan pulang dari bengkel, Rizal melihat seorang ibu tua yang sedang berjalan tertatih-tatih sambil membawa kantong belanjaan. Hujan turun dengan deras, dan ibu itu tampak kesulitan menyeberang jalan yang gelap. Tanpa berpikir panjang, Rizal segera berlari menghampirinya.
“Ibu, boleh saya bantu?” tanyanya dengan sopan. Ibu itu menoleh dengan mata penuh kelelahan, lalu mengangguk pelan. Rizal mengambil kantong belanjaan yang berat dari tangan sang ibu dan menggandengnya menyeberangi jalan dengan hati-hati.
Setelah sampai di seberang jalan, ibu itu tersenyum penuh rasa syukur. “Terima kasih, Nak. Saya tidak tahu bagaimana saya bisa sampai ke rumah kalau tidak ada kamu,” katanya dengan suara bergetar. Rizal hanya tersenyum dan berkata, “Ibu tidak perlu berterima kasih. Saya hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan.”
Ibu itu lalu membuka dompetnya, berniat memberikan uang kepada Rizal sebagai tanda terima kasih. Namun, Rizal menggeleng tegas. “Saya membantu bukan untuk mendapatkan imbalan, Bu. Saya hanya ingin memastikan Ibu sampai dengan selamat,” ujarnya tulus.
Malam itu, Rizal pulang dengan hati yang hangat. Ia sadar bahwa sekecil apa pun bantuan yang ia berikan, hal itu bisa menjadi “setetes cahaya” di malam yang gelap bagi seseorang.
Jika Rizal tidak membantu ibu tua tersebut, bagaimana kemungkinan alur cerita akan berkembang?
CorrectIncorrect -
Question 14 of 30
14. Question
Setetes Cahaya di Malam Hari
Di sebuah desa kecil yang terletak jauh dari kota, tinggal seorang pemuda bernama Rizal. Ia adalah seorang pekerja di bengkel motor milik pamannya. Setiap hari, ia bekerja keras untuk menabung agar bisa melanjutkan pendidikannya yang sempat tertunda. Meskipun hidupnya tidak mudah, Rizal selalu berusaha membantu orang lain dengan cara apa pun yang ia bisa.
Suatu malam, saat dalam perjalanan pulang dari bengkel, Rizal melihat seorang ibu tua yang sedang berjalan tertatih-tatih sambil membawa kantong belanjaan. Hujan turun dengan deras, dan ibu itu tampak kesulitan menyeberang jalan yang gelap. Tanpa berpikir panjang, Rizal segera berlari menghampirinya.
“Ibu, boleh saya bantu?” tanyanya dengan sopan. Ibu itu menoleh dengan mata penuh kelelahan, lalu mengangguk pelan. Rizal mengambil kantong belanjaan yang berat dari tangan sang ibu dan menggandengnya menyeberangi jalan dengan hati-hati.
Setelah sampai di seberang jalan, ibu itu tersenyum penuh rasa syukur. “Terima kasih, Nak. Saya tidak tahu bagaimana saya bisa sampai ke rumah kalau tidak ada kamu,” katanya dengan suara bergetar. Rizal hanya tersenyum dan berkata, “Ibu tidak perlu berterima kasih. Saya hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan.”
Ibu itu lalu membuka dompetnya, berniat memberikan uang kepada Rizal sebagai tanda terima kasih. Namun, Rizal menggeleng tegas. “Saya membantu bukan untuk mendapatkan imbalan, Bu. Saya hanya ingin memastikan Ibu sampai dengan selamat,” ujarnya tulus.
Malam itu, Rizal pulang dengan hati yang hangat. Ia sadar bahwa sekecil apa pun bantuan yang ia berikan, hal itu bisa menjadi “setetes cahaya” di malam yang gelap bagi seseorang.
Bagaimana peran latar waktu (malam hari) dalam mendukung pesan cerita ini?
CorrectIncorrect -
Question 15 of 30
15. Question
Setetes Cahaya di Malam Hari
Di sebuah desa kecil yang terletak jauh dari kota, tinggal seorang pemuda bernama Rizal. Ia adalah seorang pekerja di bengkel motor milik pamannya. Setiap hari, ia bekerja keras untuk menabung agar bisa melanjutkan pendidikannya yang sempat tertunda. Meskipun hidupnya tidak mudah, Rizal selalu berusaha membantu orang lain dengan cara apa pun yang ia bisa.
Suatu malam, saat dalam perjalanan pulang dari bengkel, Rizal melihat seorang ibu tua yang sedang berjalan tertatih-tatih sambil membawa kantong belanjaan. Hujan turun dengan deras, dan ibu itu tampak kesulitan menyeberang jalan yang gelap. Tanpa berpikir panjang, Rizal segera berlari menghampirinya.
“Ibu, boleh saya bantu?” tanyanya dengan sopan. Ibu itu menoleh dengan mata penuh kelelahan, lalu mengangguk pelan. Rizal mengambil kantong belanjaan yang berat dari tangan sang ibu dan menggandengnya menyeberangi jalan dengan hati-hati.
Setelah sampai di seberang jalan, ibu itu tersenyum penuh rasa syukur. “Terima kasih, Nak. Saya tidak tahu bagaimana saya bisa sampai ke rumah kalau tidak ada kamu,” katanya dengan suara bergetar. Rizal hanya tersenyum dan berkata, “Ibu tidak perlu berterima kasih. Saya hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan.”
Ibu itu lalu membuka dompetnya, berniat memberikan uang kepada Rizal sebagai tanda terima kasih. Namun, Rizal menggeleng tegas. “Saya membantu bukan untuk mendapatkan imbalan, Bu. Saya hanya ingin memastikan Ibu sampai dengan selamat,” ujarnya tulus.
Malam itu, Rizal pulang dengan hati yang hangat. Ia sadar bahwa sekecil apa pun bantuan yang ia berikan, hal itu bisa menjadi “setetes cahaya” di malam yang gelap bagi seseorang.
Amanat yang dapat diambil dari cerpen “Setetes Cahaya di Malam Hari” adalah…
CorrectIncorrect -
Question 16 of 30
16. Question
Langkah Kecil untuk Perubahan
Pagi itu, Dani duduk termenung di depan rumahnya. Ia baru saja pulang dari sekolah dan melihat anak-anak kecil di lingkungannya bermain di pinggir jalan yang penuh dengan sampah. Setiap hari, mereka bermain di tempat yang sama tanpa mempedulikan lingkungan yang kotor dan berantakan. Dani merasa miris, tapi ia tidak tahu harus berbuat apa.
Saat makan siang, ia menceritakan keprihatinannya kepada ibunya. “Bu, kenapa tidak ada yang membersihkan sampah di sekitar sini?” tanyanya. Ibunya tersenyum dan berkata, “Kalau semua orang hanya bertanya, tapi tidak ada yang mulai bertindak, sampah itu akan tetap ada.” Perkataan ibunya menancap di pikirannya.
Sore harinya, Dani membawa beberapa kantong plastik besar dan mulai memungut sampah di sekitar jalan. Awalnya, ia merasa malu karena orang-orang melihatnya dengan tatapan heran. Namun, ia tetap melanjutkan pekerjaannya tanpa peduli. Setelah beberapa saat, salah satu anak kecil yang biasa bermain di sana mendekatinya. “Kak Dani, boleh aku bantu?” tanyanya polos. Dani tersenyum dan mengangguk.
Tidak butuh waktu lama, semakin banyak anak-anak yang ikut membantu. Bahkan, beberapa orang dewasa yang melihat mereka mulai ikut serta dalam aksi pembersihan itu. Dalam waktu satu jam, jalanan yang tadinya kotor berubah menjadi lebih bersih. Orang-orang mulai menyadari bahwa mereka bisa melakukan sesuatu jika mau bertindak.
Beberapa hari kemudian, salah satu tetangga Dani mengusulkan untuk membuat program kebersihan lingkungan setiap minggu. Dani terkejut dan senang karena inisiatif kecilnya bisa membawa perubahan yang lebih besar. Ia tidak pernah menyangka bahwa aksinya yang sederhana bisa menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Hari itu, Dani belajar bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Ia tersenyum puas sambil melihat anak-anak bermain di tempat yang kini jauh lebih bersih dan nyaman.
Jika Dani tidak memulai aksi membersihkan lingkungan, bagaimana kemungkinan cerita ini berkembang?
CorrectIncorrect -
Question 17 of 30
17. Question
Langkah Kecil untuk Perubahan
Pagi itu, Dani duduk termenung di depan rumahnya. Ia baru saja pulang dari sekolah dan melihat anak-anak kecil di lingkungannya bermain di pinggir jalan yang penuh dengan sampah. Setiap hari, mereka bermain di tempat yang sama tanpa mempedulikan lingkungan yang kotor dan berantakan. Dani merasa miris, tapi ia tidak tahu harus berbuat apa.
Saat makan siang, ia menceritakan keprihatinannya kepada ibunya. “Bu, kenapa tidak ada yang membersihkan sampah di sekitar sini?” tanyanya. Ibunya tersenyum dan berkata, “Kalau semua orang hanya bertanya, tapi tidak ada yang mulai bertindak, sampah itu akan tetap ada.” Perkataan ibunya menancap di pikirannya.
Sore harinya, Dani membawa beberapa kantong plastik besar dan mulai memungut sampah di sekitar jalan. Awalnya, ia merasa malu karena orang-orang melihatnya dengan tatapan heran. Namun, ia tetap melanjutkan pekerjaannya tanpa peduli. Setelah beberapa saat, salah satu anak kecil yang biasa bermain di sana mendekatinya. “Kak Dani, boleh aku bantu?” tanyanya polos. Dani tersenyum dan mengangguk.
Tidak butuh waktu lama, semakin banyak anak-anak yang ikut membantu. Bahkan, beberapa orang dewasa yang melihat mereka mulai ikut serta dalam aksi pembersihan itu. Dalam waktu satu jam, jalanan yang tadinya kotor berubah menjadi lebih bersih. Orang-orang mulai menyadari bahwa mereka bisa melakukan sesuatu jika mau bertindak.
Beberapa hari kemudian, salah satu tetangga Dani mengusulkan untuk membuat program kebersihan lingkungan setiap minggu. Dani terkejut dan senang karena inisiatif kecilnya bisa membawa perubahan yang lebih besar. Ia tidak pernah menyangka bahwa aksinya yang sederhana bisa menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Hari itu, Dani belajar bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Ia tersenyum puas sambil melihat anak-anak bermain di tempat yang kini jauh lebih bersih dan nyaman.
Mengapa Dani awalnya merasa malu ketika mulai membersihkan sampah?
CorrectIncorrect -
Question 18 of 30
18. Question
Langkah Kecil untuk Perubahan
Pagi itu, Dani duduk termenung di depan rumahnya. Ia baru saja pulang dari sekolah dan melihat anak-anak kecil di lingkungannya bermain di pinggir jalan yang penuh dengan sampah. Setiap hari, mereka bermain di tempat yang sama tanpa mempedulikan lingkungan yang kotor dan berantakan. Dani merasa miris, tapi ia tidak tahu harus berbuat apa.
Saat makan siang, ia menceritakan keprihatinannya kepada ibunya. “Bu, kenapa tidak ada yang membersihkan sampah di sekitar sini?” tanyanya. Ibunya tersenyum dan berkata, “Kalau semua orang hanya bertanya, tapi tidak ada yang mulai bertindak, sampah itu akan tetap ada.” Perkataan ibunya menancap di pikirannya.
Sore harinya, Dani membawa beberapa kantong plastik besar dan mulai memungut sampah di sekitar jalan. Awalnya, ia merasa malu karena orang-orang melihatnya dengan tatapan heran. Namun, ia tetap melanjutkan pekerjaannya tanpa peduli. Setelah beberapa saat, salah satu anak kecil yang biasa bermain di sana mendekatinya. “Kak Dani, boleh aku bantu?” tanyanya polos. Dani tersenyum dan mengangguk.
Tidak butuh waktu lama, semakin banyak anak-anak yang ikut membantu. Bahkan, beberapa orang dewasa yang melihat mereka mulai ikut serta dalam aksi pembersihan itu. Dalam waktu satu jam, jalanan yang tadinya kotor berubah menjadi lebih bersih. Orang-orang mulai menyadari bahwa mereka bisa melakukan sesuatu jika mau bertindak.
Beberapa hari kemudian, salah satu tetangga Dani mengusulkan untuk membuat program kebersihan lingkungan setiap minggu. Dani terkejut dan senang karena inisiatif kecilnya bisa membawa perubahan yang lebih besar. Ia tidak pernah menyangka bahwa aksinya yang sederhana bisa menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Hari itu, Dani belajar bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Ia tersenyum puas sambil melihat anak-anak bermain di tempat yang kini jauh lebih bersih dan nyaman.
Apa yang dapat disimpulkan dari reaksi anak-anak dan warga yang mengikuti Dani membersihkan lingkungan?
CorrectIncorrect -
Question 19 of 30
19. Question
Langkah Kecil untuk Perubahan
Pagi itu, Dani duduk termenung di depan rumahnya. Ia baru saja pulang dari sekolah dan melihat anak-anak kecil di lingkungannya bermain di pinggir jalan yang penuh dengan sampah. Setiap hari, mereka bermain di tempat yang sama tanpa mempedulikan lingkungan yang kotor dan berantakan. Dani merasa miris, tapi ia tidak tahu harus berbuat apa.
Saat makan siang, ia menceritakan keprihatinannya kepada ibunya. “Bu, kenapa tidak ada yang membersihkan sampah di sekitar sini?” tanyanya. Ibunya tersenyum dan berkata, “Kalau semua orang hanya bertanya, tapi tidak ada yang mulai bertindak, sampah itu akan tetap ada.” Perkataan ibunya menancap di pikirannya.
Sore harinya, Dani membawa beberapa kantong plastik besar dan mulai memungut sampah di sekitar jalan. Awalnya, ia merasa malu karena orang-orang melihatnya dengan tatapan heran. Namun, ia tetap melanjutkan pekerjaannya tanpa peduli. Setelah beberapa saat, salah satu anak kecil yang biasa bermain di sana mendekatinya. “Kak Dani, boleh aku bantu?” tanyanya polos. Dani tersenyum dan mengangguk.
Tidak butuh waktu lama, semakin banyak anak-anak yang ikut membantu. Bahkan, beberapa orang dewasa yang melihat mereka mulai ikut serta dalam aksi pembersihan itu. Dalam waktu satu jam, jalanan yang tadinya kotor berubah menjadi lebih bersih. Orang-orang mulai menyadari bahwa mereka bisa melakukan sesuatu jika mau bertindak.
Beberapa hari kemudian, salah satu tetangga Dani mengusulkan untuk membuat program kebersihan lingkungan setiap minggu. Dani terkejut dan senang karena inisiatif kecilnya bisa membawa perubahan yang lebih besar. Ia tidak pernah menyangka bahwa aksinya yang sederhana bisa menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Hari itu, Dani belajar bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Ia tersenyum puas sambil melihat anak-anak bermain di tempat yang kini jauh lebih bersih dan nyaman.
Apa yang bisa menjadi tantangan terbesar bagi Dani dalam mempertahankan kebersihan lingkungan?
CorrectIncorrect -
Question 20 of 30
20. Question
Langkah Kecil untuk Perubahan
Pagi itu, Dani duduk termenung di depan rumahnya. Ia baru saja pulang dari sekolah dan melihat anak-anak kecil di lingkungannya bermain di pinggir jalan yang penuh dengan sampah. Setiap hari, mereka bermain di tempat yang sama tanpa mempedulikan lingkungan yang kotor dan berantakan. Dani merasa miris, tapi ia tidak tahu harus berbuat apa.
Saat makan siang, ia menceritakan keprihatinannya kepada ibunya. “Bu, kenapa tidak ada yang membersihkan sampah di sekitar sini?” tanyanya. Ibunya tersenyum dan berkata, “Kalau semua orang hanya bertanya, tapi tidak ada yang mulai bertindak, sampah itu akan tetap ada.” Perkataan ibunya menancap di pikirannya.
Sore harinya, Dani membawa beberapa kantong plastik besar dan mulai memungut sampah di sekitar jalan. Awalnya, ia merasa malu karena orang-orang melihatnya dengan tatapan heran. Namun, ia tetap melanjutkan pekerjaannya tanpa peduli. Setelah beberapa saat, salah satu anak kecil yang biasa bermain di sana mendekatinya. “Kak Dani, boleh aku bantu?” tanyanya polos. Dani tersenyum dan mengangguk.
Tidak butuh waktu lama, semakin banyak anak-anak yang ikut membantu. Bahkan, beberapa orang dewasa yang melihat mereka mulai ikut serta dalam aksi pembersihan itu. Dalam waktu satu jam, jalanan yang tadinya kotor berubah menjadi lebih bersih. Orang-orang mulai menyadari bahwa mereka bisa melakukan sesuatu jika mau bertindak.
Beberapa hari kemudian, salah satu tetangga Dani mengusulkan untuk membuat program kebersihan lingkungan setiap minggu. Dani terkejut dan senang karena inisiatif kecilnya bisa membawa perubahan yang lebih besar. Ia tidak pernah menyangka bahwa aksinya yang sederhana bisa menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Hari itu, Dani belajar bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Ia tersenyum puas sambil melihat anak-anak bermain di tempat yang kini jauh lebih bersih dan nyaman.
Apa amanat yang dapat diambil dari cerita “Langkah Kecil untuk Perubahan”?
CorrectIncorrect -
Question 21 of 30
21. Question
Dalam presentasi cerpen, unsur cerita yang paling efektif untuk disampaikan guna membangun pemahaman audiens tentang nilai sosial adalah…
CorrectIncorrect -
Question 22 of 30
22. Question
Dalam menyampaikan presentasi cerpen tentang kepedulian sosial, kalimat argumentasi yang paling kuat untuk mendukung nilai moral cerita adalah…
CorrectIncorrect -
Question 23 of 30
23. Question
Salah satu cara untuk mengidentifikasi makna tersirat dalam cerpen adalah dengan…
CorrectIncorrect -
Question 24 of 30
24. Question
Jika seorang siswa diminta untuk menulis cerpen dengan tema kepedulian sosial, langkah pertama yang paling efektif adalah…
CorrectIncorrect -
Question 25 of 30
25. Question
“Aku tahu hari itu akan berat. Tapi aku tetap melangkah, membawa nasi bungkus yang sudah kupersiapkan untuk Pak Samin yang tinggal sendirian di ujung gang.”
Berdasarkan kutipan tersebut, sudut pandang yang digunakan dalam cerpen adalah…
CorrectIncorrect -
Question 26 of 30
26. Question
Dalam mengidentifikasi nilai moral dalam cerpen, strategi yang paling efektif dilakukan oleh pembaca adalah…
CorrectIncorrect -
Question 27 of 30
27. Question
Dalam menulis cerpen bertema kepedulian sosial, bagaimana cara terbaik untuk mengembangkan karakter utama agar terasa hidup dan realistis?
CorrectIncorrect -
Question 28 of 30
28. Question
Dalam memahami makna tersirat dalam cerpen, pembaca perlu memperhatikan…
CorrectIncorrect -
Question 29 of 30
29. Question
Apa yang membedakan cerpen bertema kepedulian sosial dengan cerpen bertema lainnya?
CorrectIncorrect -
Question 30 of 30
30. Question
Amanat yang dapat diambil dari berbagai cerpen bertema kepedulian sosial yang telah dibahas adalah…
CorrectIncorrect